Kamis, 23 Januari 2014

KOMPETISI BLOG : KAUM MUDA BICARA INDONESIA





“Cinta dan Bangga Budaya Sendiri Berarti Cinta Tanah Air”

Berkenaan dengan tema “Punyakah Kita Modal Sejarah dan Budaya untuk Bangsa Kita Berjaya?”, yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Bangga dengan Batik di www. darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya setuju dengan isi yang terkandung didalam artikel tersebut. Hal ini karena batik adalah salah satu budaya bangsa Indonesia yang dapat membuat bangsa kita terus maju dan berjaya di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Saya mengatakan demikian karena batik merupakan salah satu budaya bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri sama halnya dengan budaya-budaya bangsa Indonesia yang lain.

 


Batik adalah ekspresi budaya yang memiliki makna simbolis dan nilai estetika yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Warisan turun-temurun ini memiliki keunikan yang indah dan merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan kita dengan bangsa lain sehingga dapat menjadi identitas dan jati diri bangsa. Akhir tahun 2009 silam, batik Indonesia telah dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap mata budaya Indonessia. Tentu saja menggembirakan sekaligus membanggakan bagi kita warganegara Indonesia. 


Batik bukan hanya untuk orang Jawa, atau untuk kalangan tertentu saja. Setiap orang dari berbagai suku dan kelas, kini merasa bangga menggunakan batik. Lambat laun, batik juga bukan hanya identik dengan orang tua. Sekarang, anak muda pun ikut menggemarinya, termasuk saya sendiri sebagai mahasiswa. Kalau dulu bagi sebagian besar  orang Indonesia, batik hanya pantas digunakan pada kesempatan tertentu saja. Seperti untuk upacara adat, pada saat pernikahan, atau acara–acara resmi, maka sekarang penggunaan batik semakin meluas, bahkan pada masyarakat perkotaan, dimana identitas sulit digali, semakin banyak orang yang mengenakan batik dalam berbagai kesempatan dan waktu. Menurut saya, baju batik sangat cocok dikenakan oleh mahasiswa yang notabene sebagai calon guru. Dalam hal ini, baju batik dapat dikenakan oleh mahasiswa saat mengikuti perkuliahan sehari-hari. Tidak hanya dosen atau guru yang cocok mengenakannya. Sehingga eksistensi batik semakin terlihat dan tak lekang oleh zaman.
Eksistensi batik di negara kita ini juga dapat dilihat dari kecintaan presiden kita terhadap batik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta masyarakat terutama para pejabat negara untuk mengenakan pakaian batik sepanjang hari ini. “Kalau memang cinta, mari lestarikan batik Indonesia,” kata SBY melalui pesan singkat kepada sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat, seperti dikutip dalam situs resmi Setkab, Rabu, 2 Oktober 2013.
Terbukti memang batik sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia dan merupakan identitas bangsa Indonesia. Terdapat cerita singkat pengalaman pribadi paman saya mungkin dapat menjadi salah satu buktinya.

Saya mempunyai paman yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur. Pada bulan Januari 2010 paman saya menghadiri suatu acara resmi di kota Seoul, Korea Selatan. Seperti yang sudah-sudah, untuk acara resmi seperti ini paman saya hanya mempersiapkan pakaian khas Indonesia, yaitu batik. Menurut informasi dari rekan, kebiasaan di Korea Selatan ini untuk acara-acara seperti itu menggunakan pakaian formal yaitu jas lengkap atau at least kemeja lengan panjang berdasi. Selain alasan formal, juga karena bisa menghadang dinginnya udara yang berkisar 0-5 derajat celcius. Menurut paman saya, untuk alasan formal, batik pun pakaian resmi, untuk masalah dingin…hhmmm, itu kan diluar ruangan, kalau didalam pastilah ada pemanas. Jadi, pede ajalah !
Tibalah hari dimana paman saya harus menghadiri acara tersebut. Dengan pakaian batiknya, paman saya menuju ke acara resmi tersebut. Singkat cerita sampailah dikota tujuan. Pagi-pagi persiapan berangkat ke acara itu, bareng-bareng dengan rombongan. Semua berpakaian jas lengkap, hanya paman saya saja yang pakai sweater, pun masih di doble jaket tebal. Mungkin jadi pertanyaan dalam hati rekan serombongan tentang pakaian yang lain dari yang lain itu (mungkin juga pertanyaan diluar hati, toh paman saya juga gak ngerti bahasa mereka….hehe). Bener juga, begitu masuk ke ruangan yang dituju, buka jaket buka sweater dan …
“…ooohh, formal clothes from Indonesia….” spontan seorang pengurus acara berkomentar. Pengurus tersebut yang baru saja bepergian ke Surabaya terlihat seolah-olah menjelaskan kepada beberapa peserta tentang pakaian yang paman saya kenakan. Terlihat dari beberapa kali mereka memandang kearah pakaian paman saya. Maklum paman saya tidak ngerti bahasa mereka, mungkin juga mereka pengen nanya langsung tapi terbentur bahasa inggris yang pas-pasan.
Tapi memang kelihatan jadi kayak aneh dimata mereka mungkin, satu-satunya yang tidak pake jas, dan pasti satu-satunya yang berpakaian tipis. Tapi di dalam ruang, suhu disetel hangat. Paman saya bilang, “Jadi, pede aja….!” Sekali waktu ngrasain jadi pusat perhatian….hehe. Saat istirahat, beberapa orang juga memuji batik yang paman pakai. Bahkan ada yang pegang-pegang, mungkin ngecek seberapa tebal bahan kok ini orang tahan dingin…hehe.
Itulah sekelumit pengalaman dari paman saya. Nah, dari sinilah kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pastilah orang-orang korea yang ada dalam acara tersebut langsung mengetahui bahwa paman saya adalah orang Indonesia karena mengenakan pakaian batik. Jadi, dengan mengenakan batik, kita telah menunjukkan identitas bangsa kita dimata dunia. Oleh karena itu, kita harus bangga dengan batik milik negara kita ini agar negara kita berjaya dan terus maju.
Dengan demikian diharapkan dapat tercapai rasa kebanggaan memiliki kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang dan menjadi identitas serta jati diri bangsa Indonesia, sehingga akan selalu dilestarikan keberadaan batik tersebut. Tidak hanya batik yang merupakan warisan budaya bangsa kita ini, masih banyak budaya-budaya lain yang tidak kalah populer eksistensinya di negeri kita tercinta ini. Saya mengambil contoh budaya-budaya tersebut misalnya Reog Ponorogo dari Jawa Timur dan Tari Pendet dari Bali. Budaya-budaya tersebut pun jika tidak dilestarikan maka lambat laun akan mengalami persegeran eksistensi sebagai warisan budaya Indonesia.

 
#KAUM MUDA BICARA INDONESIA
 
Eksistensi Reog ponorogo
Reog Ponorogo adalah warisan budaya bangsa yang berasal dari Jawa Timur. Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Konon, keberadaan Reog di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit, di zaman itu reog sering dipakai dalam upacara atau pesta kerajaan bersama dengan tarian kuda lumping. Tanpa disadari Reog Ponorogo ini menjadi daya tarik yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Inilah salah satu budaya yang mampu dan menjadi daya tarik para turis asing.
 
 Eksistensi Tari Pendet
Tari pendet adalah warisan budaya Indonesia yang berasal dari Bali. Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tari pendet menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam Marcapada. Tarian ini merupakan sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Dalam jagat kepariwisataan Bali, tari Pendet hadir sebagai tari selamat datang.

Sumber inspirasi lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan dan seusai pementasan topeng sidakarya; teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung biasanya secara khusus menampilkan ritus mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga. Lewat doa dan persembahan semerbak bunganya, tari Pendet telah merajut harmoni intra dan multikultural. Sebagai seni tari sub kebudayaan Indonesia, tari Bali yang dibawakan kaum hawa itu menjadi jempatan toleransi dalam realita kebhinekaan kita mengapresiasi suatu ekspresi kesenian. Sebagai sebuah nilai estetik dan kultural Nusantara, tari Pendet telah menyemai komunikasi universal dengan bangsa-bangsa lain yang ber kontribusi pada harkat dan martabat Indonesia di mata dunia [Sumber : Citra Natural Tari pendet com].
  
Ingatlah ! Seiring perkembangan zaman, perkembangan teknologi yang semakin pesat mempunyai dampak yang cukup besar bagi keseluruhan sektor dalam bidang kehidupan, tanpa terkecuali dalam bidang kebudayaan. Mungkin di pihak lain dapat menguntungkan dengan efesien dan efektif dalam mencapai sesuatu. Tetapi sesungguhnya banyak kerugian yang ditimbulkan dan berdampak pada kehidupan. Bagaimana budaya timur yang melekat pada bangsa indonesia sudah semakin melenceng dan condong kearah barat. Budaya barat yang terkenal dengan kebebasannya semakin merasuki seluruh sektor kehidupan.

Kita sebagai warganegara Indonesia yang baik sudah seharusnya mencintai budaya kita sendiri dengan senantiasa melestarikannya sepanjang masa. Sesuai dengan tema yang saya pilih, “Punyakah Kita Modal Sejarah dan Budaya untuk Bangsa Kita Berjaya?” jawabannya adalah sederhana saja, “kita punya kok !”. Bahkan sangat banyak dan beraneka ragam. Akan tetapi, sudah ada beberapa yang dilupakan atau tidak lagi kelihatan. Seharusnya budaya ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada penerus kita supaya tidak punah, terutama budaya-budaya yang telah diklaim oleh negara lain. Dalam hal ini, bukan hanya pemerintah saja yang bekerja untuk memperkenalkan tetapi kita sebagai bangsa indonesia ikut serta membantunya.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan”.



Text Box: KAUM MUDA BICARA INDONESIA


Text Box: KAUM MUDA BICARA INDONESIA